PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Upaya pembangunan yang berbasis zona
pertanian menjadi tangungjawab bersama untuk mencapai target serta tujuan yang
maksimal dalam kesejahteraan rakyat maupun memperkecilkan angka kemiskinan dan
pengangguran. ( BPS Kabupaten Aceh Barat. 2005 ).
Sektor pertanian dan perkebunan yang
merupakan andalan bagi negara Indonesia seperti halnya komoditi padi yang
pernah medapat penghargaan swasembada pangan dari badan dunia FAO di era orde
baru, disisi sektor perkebunan komoditi karet mempunyai peran yang penting dan
penah menguasai pasaran internasional sejak perang dunia kedua sampai sekarang,
disertai dengan dua negara yakni malaysia dan thailand. ( Trubus. 2002 )
Perkebunan
karet pertanama kali terdapat di Indonesia pada tahun 1902 seluas 176 hektar
berlokasi dipantai Timur Sumatra dan Aceh. Perkebunan karet pertama kali
ditemukan pada tahun 1908 di Sumatra dan Kalimantan. Penyadapan “sirip ikan
hasil percobaan Ridley dan Curtis lalu dikembangkan menjadi irisan “berbentu V”
atau spriral kiri, diperkebunan ucing jawa. Tanaman karet pertanama kali di
dibudidayakan dikebun “Raya Kew”. Inggris, sebanyak 2.000 biji karet yang
dikirim oleh Farris dari brasil pada tahun 1872 – 1875 (Amelia zulianti
siregar, 2007)
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
potensi lahan Aceh Barat?
2. Bagaimana
Tata guna lahan di aceh Barat?
3. apa
saja yang menjadi komoditi Unggulan di Aceh Barat?
PEMBAHASAN
Kabupaten
Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,Indonesia. Sebelum pemekaran,
Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km²atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian
wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat
ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai
ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai
sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km².
Sesudah
pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada
04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah
2.927,95 km² dengan batas-batas sebagai berikut:
A. Sejarah
Aceh Barat
Wilayah
bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke
XVI Masehi atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara
tahun 1588 - 1604 M), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan
Aceh yang hidup tahun (1607-1636 M) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk
dan Pidie.
Daerah
ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam) yang diperintah oleh
seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan
Jaya) yang pada akhir abad ke XV M telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya
adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya.
Dari
perkembangan selanjutnya, wilayah Aceh Barat diakhir abad XVII telah berkembang
menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang, yaitu : Kluang;
Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga; Babah Awe; Krueng No; Cara'
Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih;
Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla; Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan;
Tripa; Seuneu'am; Tungkop; Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang;
Leukon; Sigulai.
Dimasa
penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa
masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur)
atau swaparaja (landschap).Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi
Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya)
dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatera, Aceh dijadikan
Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (propinsi)
dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan
onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan).Seluruh wilayah
Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah
Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibukotanya Meulaboh.
Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif
yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai
daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam)
onderafdeeling, yaitu :Meulaboh dengan ibukota Meulaboh dengan Landschappennya
Kaway XVI, Woyla, Bubon, Lhok Bubon, Seunagan, Seuneu'am, Beutong, Tungkop dan Pameue;Tjalang
dengan ibukota Tjalang (dan sebelum tahun 1910 ibukotanya adalah Lhok Kruet)
dengan Landschappennya Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet,
Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom;Tapaktuan dengan ibukota Tapak
Tuan;Simeulue dengan ibukota Sinabang dengan Landschappennya Teupah, Simalur,
Salang, Leukon dan Sigulai; Zuid Atjeh dengan ibukota Bakongan; Singkil dengan
ibukota Singkil.Di zaman penjajahan Jepang (1942 - 1945) struktur wilayah
administrasi ini tidak banyak berubah kecuali penggantian nama dalam bahasa
Jepang, seperti Afdeeling mejadi Bunsyu yang dikepalai oleh Bunsyucho,
Onderafdeeling menjadi Gun yang dikepalai oleh Guncho dan Landschap menjadi Son
yang dikepalai oleh Soncho.Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
berdasarkan Undang-undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah
Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara, wilayah
Aceh Barat dimekarkan mejadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat dan
Kabupaten Aceh Selatan.
Kabupaten Aceh Barat dengan Ibukota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) Kecamatan yaitu Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya; Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang. Sedangkan Kabupaten Aceh Selatan, meliputi wilayah Tapak Tuan, Bakongan dan Singkil dengan ibukotanya Tapak Tuan.
Kabupaten Aceh Barat dengan Ibukota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) Kecamatan yaitu Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya; Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang. Sedangkan Kabupaten Aceh Selatan, meliputi wilayah Tapak Tuan, Bakongan dan Singkil dengan ibukotanya Tapak Tuan.
Pada
Tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) Kabupaten,
yaitu Kabupaten Aceh Barat meliputi kecamatan Kaway XVI; Johan Pahlwan;
Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom;
Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya dengan ibukotanya Meulaboh dan
Kabupaten Adminstrtif Simeulue meliputi kecamatan Simeulue Timur; Simeulue
Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang dengan ibukotanya
Sinabang.Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5,
Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu
Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan
Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua
puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa.Selanjutnya pada tahun 2002
kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan
menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan
Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang N0.4 Tahun 2002
B. Sumber Daya Daerah
Berdasarkan kedudukan dan letak
wilayah Kabupaten Aceh Barat yang diapit oleh pegunungan Bukit Barisan dan
Samudera Indonesia, mempunyai posisi yang sangat strategis dan peluang dalam
pengembangan bidang ekonomi, industri, perdagangan dan jasa.
1. Iklim
Suhu udara rata – rata di Kabupaten
Aceh Barat 28,78 0 C, suhu minimum mencapai 25,7 0 C, terjadi
pada bulan November, Sedangkan suhu maksimum 28,60 C,
sampai 30,9 0 C terjadi pada bulan Juni.
Dengan tingkat curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Juni mencapai 394 mm, Sedangkan curah hujan terendah pada
umumnya terjadi pada bulan juli mencapai 170 mm, rata – rata Lamanya penyinaran
matahari minimum terjadi pada bulan Agustus dan Nopember, yaitu 37 jam, dan
penyinaran maksimum 71 jam pada bulan April.
Keadaan Iklim sebagaimana diuraikan di
atas, menurut Smith dan Ferguson termasuk Daerah yang beriklim Tipe A. (Iklim
Tropik Basah) Maka hal ini sangat sesuai dan cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangan Pertanian terutama tanaman semusim dan tahunan.
2.
Potensi Lahan
Berdasarkan potensi lahan dapat
diuraikan menurut keadaan drainase dan jenis tanah sebagai berikut :
Menurut keadaan drainase, maka
wilayah yang tidak pernah tergenang meliputi lahan seluas 896.199 ha; tergenang
periodik, meliputi lahan seluas 94.025 ha; dan tergenang terus menerus, seluas
20.242 ha.
Sedangkan potensi lahan yang terluas di
Aceh Barat adalah lahan tidak tergenang. Potensi tersebut sangat menunjang
pengembangan pertanian dan Industri dalam arti luas.
Dilihat dari jenis tanah, maka di
Kabupaten Aceh Barat secara umum terdapat 6 jenis tanah, yaitu
regosol, terdapat disepanjang pantai yang mempunyai luas 74.757 ha. Jenis tanah
organosol seluas 189.840 ha yang terdapat disepanjang pantai bagian selatan.
Jenis tanah Alluvial seluas 346.622 ha, jenis tanah podsolik merah kuning (PMK
1) latosol 51.579 ha, serta jenis tanah renzina seluas 157.248 ha. (Data
Pokok 2000).
Berdasarkan dari jenis-jenis tanah di
atas, maka sangat memungkinkan untuk pengembangan perkebunan, pertanian tanaman
pangan, hortikultura dan budidaya perikanan sebagai aset untuk meningkatkan
produktivitas masyarakat.
Potensi lahan sesuai dengan yang telah
diuraikan di atas akan berpengaruh terhadap jenis tanaman yang mungkin dikembangkan
untuk dibudidayakan, serta dapat digunakan sebagai data untuk kepentingan
perencanaan pembangunan secara makro.
3.
Tata Guna Lahan
Jenis penggunaan tanah di Kabupaten
Aceh Barat masih didominasi oleh hutan lebat seluas 562.958 ha atau sekitar
55,7%, dari luas keseluruhan (dengan perincian 16,40 % hutan lindung,
27,20 % hutan produksi terbatas dan 12,10 % hutan produksi tetap), sedangkan
penggunaan tanah untuk kebun seluas 188.105 ha atau 18,6 %, sawah 73.786 ha
atau 7,3%, pemukiman 19.945 ha atau 1,97%, padang alang-alang 28.886 ha atau
2,9%, semak belukar 136.786 ha atau 13,5%.
Dari uraian di atas terlihat bahwa
Kabupaten Aceh Barat masih didominasi hutan lebat, untuk ini m aka sangat
berpeluang dikembangkan berbagai sektor perekonomian termasuk juga
Industri pengolahan hasil hutan yang berwawasan lingkungan.
C. Potensi
Kependudukan
Perkembangan jumlah Penduduk kondisi
tahun 1999 berjumlah 377.008 jiwa terdiri dari laki-laki 160.039 jiwa,
perempuan 186.969 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,29%, dan kepadatan
penduduk 37 jiwa/Km2, dengan jumlah rumah tangga 85.308 buah dan rasio jenis
kelamin 101,6. Jika dilihat jumlah penduduk menurut kelompok umur 0-6
tahun berjumlah 65.437 jiwa, 7-12 tahun berjumlah 59.740 jiwa, 13-15 tahun berjumlah
26.023 jiwa, lebih dari 16 tahun berjumlah 225.808 jiwa.
Fakta di atas menunjukkan bahwa jumlah
penduduk usia produktif relatif lebih besar dari jumlah keseluruhan penduduk,
sehingga merupakan faktor pendukung pengembangan investasi untuk penanaman
modal.
Jika dilihat jumlah keluarga miskin
menurut katagori adalah 23.364 KK dengan perincian; Keluarga
Prasejahtera berjumlah 7.186 KK atau 30,76 % dan Keluarga Sejahtera I berjumlah
16.178 KK atau 69,24%.
.D. Potensi Ekonomi
1.
Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan
Perkembangan
produksi tanaman pangan pada tahun 2000 untuk padi luas tanam 41.357 ha, dengan
produksi 175.218 ton dan produktivitasnya 4,2 ton/ha, jagung dengan luas tanam
877 ha dengan produksi 2.393 ton/ha dan produktifitas 2,7 ton/ha, kedele
dengen luas tanam 1.902 ha produksinya 2.276 ton dan produktivitas 1,2 ton/ha.
Sedangkan kacang tanah dengan luas tanam 1.019 ha produksi 2.176 ton dan
prmoduktivitasnya 2,1 ton/ha.
Dari
kenyataan di atas menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas pertanian yang
sudah memadai. Hal ini perlu dipertahankan dan dikembangkan lagi pada masa
mendatang serta berpeluang dikembangkan industri pengolahan hasil yang
modern
2. Sektor
Perkebunan Rakyat
Dilihat
dari perkembangan luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Aceh
Barat kondisi tahun 2000 bahwa tanaman karet menduduki urutan teratas dalam hal
luas areal tanaman sebesar 34.728 Ha. Sedangkan bila dilihat dari segi produksi
perkebunan rakyat maka tanaman kelapa sawit menduduki urutan ter atas yaitu
63.657 (ton/tahun). Mengenai luas Hak Guna Usaha (HGU) dan izin prinsip
perkebunan besar di Aceh Barat dengan luas areal untuk HGU yang telah
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat untuk 28 Perusahan besar seluas 72.001,07 Ha.
Sedangkan izin prinsip yang telah dikeluarkan seluas 64.856 Ha, jenis
tanamannya karet, kakao dan kelapa sawit.
Dari
uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa produksi perkebunan karet dan kelapa
sawit merupakan primadona perkebunan bagi masyarakat Aceh Barat, untuk itu
perlu kita pertahankan dan ditingkatkan lagi serta berpeluang untuk
dikembangkan industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi.
3. Sektor
Perikanan
Jika
dilihat dari luas areal dan produksi budidaya tambak dan kolam bahwa luas areal
tambak pada tahun 1999 berjumlah 248,8 Ha dengan produksi 70,6 ton/tahun.
Sedangkan luas areal kolam berjumlah 221,4 Ha dan produksi 47,7 ton/tahun,
mengenai produksi perikanan laut dalam tahun 1999
adalah 11.202.3 ton/tahun dengan nilai harga Rp. 105.317.141,-. Melihat
potensi perikanan yang begitu besar tetapi belum tergali secara maksimal untuk
kemakmuran masyarakat, maka sangat berpeluang untuk kita kembangkan usaha
budidaya perikanan darat dan laut dengan cara modern.
4. Sektor
Peternakan
Jika
dilihat dari banyaknya populasi ternak besar, menurut jenis ternak jumlah sapi
pada tahun 1999, 34.083 ekor dan jumlah kerbau 63.202 ekor, dan jika
dilihat dari populasi ternak kecil jumlah kambing 97.476 ekor, ayam buras
1.661.288 ekor, ayam ras 2.312 ekor sedangkan itik 207.000
ekor. Dari uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa pengembangan usaha
dibidang peternakan secara agribisnis dapat dikembangkan secara lebih
profesional, dan berpeluang dalam usaha peningkatan produksi dan
produktivitasnya.
5. Sektor
Kehutanan
Perkembangan
luas hutan konversi pada tahun 2000 berjumlah 755.973 Ha. Sedangkan
kondisi luas konsesi HPH pada tahun 2000 seluas 300.192 Ha
Banyaknya
produksi kayu bulat pada tahun 1999 sebesar 170.370,85 m3, sedangkan
sawtimber berjumlah 30.495,8 m3. Sedangkan bila dilihat dari luas menurut jenis
dan fungsinya hutan lindung 166.501 Ha, hutan produksi terbatas
281.887 Ha, hutan produksi tetap 122.269 Ha. Potensi Sektor Kehutanan
yang demikian merupakan peluang untuk pengembangan Industri Hulu dan Hilir
Kehutanan.
6.
Sektor Industri
Jumlah
industri kecil tradisional menurut jenis industri sebagai berikut : pandai besi
berjumlah 94 unit, penggaraman 16 unit, anyaman tikar pandan 64
unit, keramik 8 unit, sapu ijuk 18 unit, pembuatan kopiah tudung layah 51 unit,
tukang jahit/bordir 73 unit, anyaman rotan 40 unit, dan tukang kaleng 21 unit.
Sedangkan
jumlah industri makanan/minuman menurut jenisnya sebagai berikut : pabrik limun
5 unit, pabrik sirup 5 unit, tempat pengolahan tebu 6 unit, tempat pengolahan
bubuk Kopi 10 unit, tempat pengolahan tempe 30 unit, pabrik roti/mie 7 unit.
Dibidang
industri jasa menurut jenis industri sebagai berikut : reperasi sepeda 65 unit,
reperasi mobil 36 unit, reperasi sepeda motor 72 unit, tukang las 30 unit,
tukang emas 45 unit, tukang gigi 2 unit, reperasi radio 20 unit, reperasi jam 4
unit. Jumlah industri bangunan menurut jenis : Industri batu bata 71 unit,
ubin/ tegel 6 unit.
Dari
gambaran di atas menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap usaha
industri sangat tinggi, baik industri pengolahan pertanian maupun industri
kecil dan kerajinan rakyat, kenyataan ini memberikan gambaran bahwa bidang
industri berpeluang untuk dikembangkan sehingga menunjang ekspor non migas dan
dapat menyerap tenaga kerja dalam rangka meningkatkan struktur ekonomi daerah
yang seimbang antara sektor industri dan sektor pertanian.
Perekonomian
Kabupaten Aceh Barat
Kabupaten Aceh Barat memiliki
kawasan pantai yang paling indah di seluruhNanggroe Aceh Darussalam, karena berhadapan
dengan laut lepas Samudera Indonesia. Di beberapa tempat, pantainya berdinding
tegak dipagari oleh bukit-bukit berhutan lebat. Keindahan senja di sepanjang
Aceh Barat sangat indah karena merupakan daerah tempat tenggelamnya matahari.
Iklim
tropis dan curah hujan yang tinggi dengan kawasan yang memiliki tingkat
kemiringan datar yang relatif luas membuat daerah ini punya potensi dalam
pertanian, terutama tanaman pangan, tanahnya juga dikenal bagus untuk
tanaman perkebunan
seperti kelapa sawit, karet, dan kelapa. Aceh Barat juga memiliki Perkebunan
Rakyat yang terluas di seluruh Nangggroe Aceh Darussalam. Di samping berbagai
komoditas tersebut, rabutan, durian, kelapa hibrida, kelapa dalam, lada, nilam,
cokelat. Disisi lain walupun belum menunjukkan hasil nyata, bahan tambang atau
galian golongan A, B, dan C juga dianggap potensial. Batu bara, emas, tembaga,
perak, timah hitam, dan andesit banyak tersebar di sembilan kecamatan.
Dalam
hal produksi daging unggas dan telur, kabupaten ini tercatat sebagai penghasil
terbesar kedua setelah Pidie. Di Aceh Barat
ditemukan cebakan batu bara yang sangat besar, yang oleh para ahli pertambangan
daerah cebakan tersebut disebut Cekungan Meulaboh.
Pekembangan
komoditi karet yang mempunyai peranan sangat strategis sebagai sumber
pendapatan masyarakat, mempunyai prospek pasar dalam maupun ekspor serta
menyerap tenaga kerja baru maupun mempunyai peran pelestarian lingkungan hidup.
Melalui program Revetalisasi Perkebunan yang melibatkan pihak- pihak terkait maupun
Stakehoder. Tiga jenis komoditi yang dipilih yakni Karet, Kakao dan Sawit.
Pedoman tersebut untuk pengembangan kebun rakyat yang didukung dengan dana
pebankan dan subsidi bunga dari pemerintah pusat yang disalurkan kepemerintah
daerah.
Kabupaten Aceh Barat memiliki luas
areal perkebunan komoditi karet seluas yakni : 16.344,61 ha dengan hasil
produsi 12.764,89 serta produktifitas 1.004,30 kg/ha dengan Jumlah KK Petani
Karet 10.433 jiwa. Pekembangan komodit karet rakyat dikecamatan Woyla Barat
melalui progarm revitalisasi perkebun untuk upanya percepatan dan rehabilitasi
tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga
oleh pemerintah atau melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai
mitra pengembangan kebun dan pengolahan dan pemasaran hasil. Pola pengembangan
karet dengan menggunakan swadaya murni dengan luas areal 1.688,00 ha, produksi
9.95,42 ton, produktifitas 7.10 kg/ha dengan jumlah KK petani 9.55 jiwa. (
Statistik Perkebunan Kabupaten Aceh Barat, 2006).
E.
Program Strategis Pembangunan Daerah.
Pembangunan
Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral
yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat.Titik berat pembangunan
diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan
pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling
terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu
kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai
berikut :
1.
Meningkatkan
pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat.
2.
Peningkatan
Sumber Daya Manusia.
3.
Pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
4.
Meningkatakan
aksesibilitas daerah.
5.
Meningkatkan
pendapatan daerah.
F. Peta Agrobisnis
Peta Sebaran Lokasi
Komoditi Unggulan Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kawasan
yang memiliki potensi di Bidang Perkebunan berdasarkan peta potensi yang
dimiliki Dinas Perkebunan 2006 :
·
Perkebunan Kelapa, Kakao di Sabang :
4.746 Ha
·
Perkebunan Kelapa, Kemiri di Aceh
Besar : 16.681 Ha
·
Perkebunan Kakao, dan kopi di Pidie :
18.242 Ha
·
Perkebunan Kopi, dan Tebu di Aceh
Tengah : 47.809 Ha
·
Perkebunan Kopi, dan Tebu di Bener
Meriah : 33.781 Ha
·
Perkebunan Kelapa Sawit, dan Pinang
di Aceh UTara : 47.809 Ha
·
Perkebunan Pinang, Kelapa Dalam,
Kakao di Bireuen : 28.225 Ha
·
Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di
Aceh Timur : 78.738 Ha
·
Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di
Aceh Tamiang : 61.790 Ha
·
Perkebunan Kakao, Kemiri di Aceh
Tenggara : 15.091 Ha
·
Perkebunan Pala, Kelapa Dalam di Aceh
Selatan : 18.029 Ha
·
Perkebunan Kemiri, Serewangi di Gayo
Lues : 27.222 Ha
·
Perkebunan Kelapa Sawit, Karet di
Singkil : 52.139 Ha
·
Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di
Nagan Raya : 58.592 Ha
·
Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di
Aceh Barat : 36.359 Ha
·
Perkebunan Kelapa Sawit dan Pala di
Abdya : 8.802 Ha
·
Perkebunan K. Dalam dan Cengkeh di
Simeulue : 21.334 Ha
·
Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di
A. Jaya : 14.803 Ha
|
PENUTUP
Kabupaten Aceh Barat secara astronomi
terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan
luas wilayah 2.927,95 km² yang disebelah utara berbatasan dengan Aceh Jaya dan
Kabupaten Pisie,di selatanSamudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya,di barat Samudera Indonesia,dan di timur Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya.Daerah yang beriklim
Tipe A. (Iklim Tropik Basah) ini sangat sesuai dan cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan Pertanian terutama tanaman semusim dan tahunan.
Potensi lahan yang terluas di Aceh
Barat adalah lahan tidak tergenang. Potensi tersebut sangat menunjang
pengembangan pertanian dan Industri dalam arti luas.
Kabupaten Aceh Barat secara umum
terdapat 6 jenis tanah, yaitu regosol, terdapat disepanjang pantai
yang mempunyai luas 74.757 ha. Jenis tanah organosol seluas 189.840 ha yang
terdapat disepanjang pantai bagian selatan. Jenis tanah Alluvial seluas 346.622
ha, jenis tanah podsolik merah kuning (PMK 1) latosol 51.579 ha, serta jenis
tanah renzina seluas 157.248 ha. (Data Pokok 2000). maka sangat
memungkinkan untuk pengembangan perkebunan, pertanian tanaman pangan,
hortikultura dan budidaya perikanan sebagai aset untuk meningkatkan
produktivitas masyarakat.
Kabupaten Aceh Barat masih
didominasi hutan lebat, untuk ini m aka sangat berpeluang
dikembangkan berbagai sektor perekonomian termasuk juga Industri pengolahan
hasil hutan yang berwawasan lingkungan. animo masyarakat terhadap usaha
industri sangat tinggi, baik industri pengolahan pertanian maupun industri
kecil dan kerajinan rakyat, kenyataan ini memberikan gambaran bahwa bidang
industri berpeluang untuk dikembangkan sehingga menunjang ekspor non migas dan
dapat menyerap tenaga kerja dalam rangka meningkatkan struktur ekonomi daerah
yang seimbang antara sektor industri dan sektor
Lokasi
Komoditi Unggulan Perkebunan Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di Aceh Barat
: 36.359 Ha. Produksi perkebunan karet dan kelapa sawit merupakan primadona
perkebunan bagi masyarakat Aceh Barat.
Luas wilayah
kabupaten ini adalah 2.929,95 Km 2, Kabupaten ini terdiri dari: - 11 kecamatan,
- 33 mukim dan - 314 desa.
Topografi kabupaten
ini terdiri dari: - daerah pantai 25 desa, - daerah lembah 39 desa, - lereng 44
desa, dan - dataran 213 desa.
Potensi sumberdaya
alam Kabupaten Aceh Barat relatif memadai karena posisi geografis kabupaten ini
yang mempunyai luas areal lautan dan lahan yang cukup baik karena mempunyai
potensi sumberdaya alam.
Kehutanan : Kayu dan
rotan (manau dan semambu).
Pertambangan Aceh Barat
merupakan salah satu daerah penghasil barang tambang terkemuka diAceh. Batubara
banyak dijumpai di cekungan Meulaboh dan kecamatan Kaway XI. Emas terdapat di
Tutut/ Kecamatan Sungai Mas. Di sekitar Krueng Woyla dan Tutut juga bisa
dijumpai Perak dan Platinum.
Perkebunan Di Aceh Barat
terdapat beberapa perkebunan swasta nasio- nal yang bergerak dibidang kelapa
sawit dan karet. Selain memiliki kebun sawit, perusahaan perkebunan swasta ini
juga memiliki pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam. Perkebunan
rakyat juga banyak dijumpai di Aceh Barat seperti : Kelapa Hybrida, Kelapa,
Karet, Kopi, Kelapa Sawit, Tebu, Kemiri, Kakao, Lada, Nilam, Sagu, Aren,
Kapuk/Randu, Kunyit, dan Jahe.
Pertanian & Holtikultura Padi, Jagung,
Kacang Tanah, Kacang Panjang, Kacang Hijau, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Cabai,
Tomat, Terong, Timun, dan Semangka.
Perikanan ProduksiperikananlautdiAcehBaratmencapai16.863,03ton
pertahun nya. Tingkat kehidupan populasi ikan lestari mulai garis pantai sampai
12 mil dikawasan ini setiap tahunnya diperkirakan mencapai 68.810,6 ton
sementara kawasan samudera 12 mil sampai ZEE 200 mil tingkat populasi ikan
pelagis diperkirakan 19.907,3 ton dan ikan domensial diperkirakan 14.598 ton.
Aceh Barat juga penghasil ikan budidaya, termasuk udang dan kepiting. Ikan Nila
merupakan jenis ikan yang mulai diminati petani ikan di Aceh Barat, karena
sudah mulai dikenal sebagai salah satu jenis ikan yang lezat untuk dikonsumsi.
Produksi Ikan Tambak adalah 8,80 ton dengan luas lahan 114,30 Ha dan Ikan Kolam
27,70 ton dengan luas lahan 36,55 Ha
Kawasan Wisata Aceh Barat
memiliki pantai yang sangat indah. Kawasan wisata pantai ini dapat dijumpai di:
- Pantai Suak Ribee - Pantai Lanaga - Pantai Lhok Bubon - Pantai Batee Puteh -
Genang-Gedong