Sabtu, 10 Maret 2012

POTENSI LAHAN DAN KOMODITI UNGGULAN KABUPATEN DI ACEH BARAT


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Upaya pembangunan yang berbasis zona pertanian menjadi tangungjawab bersama untuk mencapai target serta tujuan yang maksimal dalam kesejahteraan rakyat maupun memperkecilkan angka kemiskinan dan pengangguran. ( BPS Kabupaten Aceh Barat. 2005 ).
Sektor pertanian dan perkebunan yang merupakan andalan bagi negara Indonesia seperti halnya komoditi padi yang pernah medapat penghargaan swasembada pangan dari badan dunia FAO di era orde baru, disisi sektor perkebunan komoditi karet mempunyai peran yang penting dan penah menguasai pasaran internasional sejak perang dunia kedua sampai sekarang, disertai dengan dua negara yakni malaysia dan thailand. ( Trubus. 2002 )
Perkebunan karet pertanama kali terdapat di Indonesia pada tahun 1902 seluas 176 hektar berlokasi dipantai Timur Sumatra dan Aceh. Perkebunan karet pertama kali ditemukan pada tahun 1908 di Sumatra dan Kalimantan. Penyadapan “sirip ikan hasil percobaan Ridley dan Curtis lalu dikembangkan menjadi irisan “berbentu V” atau spriral kiri, diperkebunan ucing jawa. Tanaman karet pertanama kali di dibudidayakan dikebun “Raya Kew”. Inggris, sebanyak 2.000 biji karet yang dikirim oleh Farris dari brasil pada tahun 1872 – 1875 (Amelia zulianti siregar, 2007)
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana potensi lahan Aceh Barat?
2.      Bagaimana Tata guna lahan di aceh Barat?
3.      apa saja yang menjadi komoditi Unggulan di Aceh Barat?


PEMBAHASAN

           Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km²atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km².
            Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas sebagai berikut:

A.     Sejarah Aceh  Barat

            Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke XVI Masehi atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588 - 1604 M), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun (1607-1636 M) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie.
            Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam) yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya) yang pada akhir abad ke XV M telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya.
            Dari perkembangan selanjutnya, wilayah Aceh Barat diakhir abad XVII telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang, yaitu : Kluang; Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga; Babah Awe; Krueng No; Cara' Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih; Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla; Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan; Tripa; Seuneu'am; Tungkop; Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang; Leukon; Sigulai.
            Dimasa penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur) atau swaparaja (landschap).Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya) dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatera, Aceh dijadikan Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (propinsi) dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan).Seluruh wilayah Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibukotanya Meulaboh. Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam) onderafdeeling, yaitu :Meulaboh dengan ibukota Meulaboh dengan Landschappennya Kaway XVI, Woyla, Bubon, Lhok Bubon, Seunagan, Seuneu'am, Beutong, Tungkop dan Pameue;Tjalang dengan ibukota Tjalang (dan sebelum tahun 1910 ibukotanya adalah Lhok Kruet) dengan Landschappennya Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet, Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom;Tapaktuan dengan ibukota Tapak Tuan;Simeulue dengan ibukota Sinabang dengan Landschappennya Teupah, Simalur, Salang, Leukon dan Sigulai; Zuid Atjeh dengan ibukota Bakongan; Singkil dengan ibukota Singkil.Di zaman penjajahan Jepang (1942 - 1945) struktur wilayah administrasi ini tidak banyak berubah kecuali penggantian nama dalam bahasa Jepang, seperti Afdeeling mejadi Bunsyu yang dikepalai oleh Bunsyucho, Onderafdeeling menjadi Gun yang dikepalai oleh Guncho dan Landschap menjadi Son yang dikepalai oleh Soncho.Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara, wilayah Aceh Barat dimekarkan mejadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan.

            Kabupaten Aceh Barat dengan Ibukota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) Kecamatan yaitu Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya; Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang. Sedangkan Kabupaten Aceh Selatan, meliputi wilayah Tapak Tuan, Bakongan dan Singkil dengan ibukotanya Tapak Tuan.
            Pada Tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat meliputi kecamatan Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya dengan ibukotanya Meulaboh dan Kabupaten Adminstrtif Simeulue meliputi kecamatan Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang dengan ibukotanya Sinabang.Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5, Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa.Selanjutnya pada tahun 2002 kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang N0.4 Tahun 2002

B. Sumber Daya Daerah

 Berdasarkan kedudukan dan letak wilayah Kabupaten Aceh Barat yang diapit oleh pegunungan Bukit Barisan dan Samudera Indonesia, mempunyai posisi yang sangat strategis dan peluang dalam pengembangan bidang ekonomi, industri, perdagangan dan jasa.

 1.    Iklim
Suhu udara rata – rata di Kabupaten Aceh Barat  28,78 0 C, suhu minimum mencapai  25,7 0 C,  terjadi pada bulan November, Sedangkan suhu maksimum    28,60 C, sampai  30,9 0  C   terjadi pada bulan Juni.
Dengan tingkat curah hujan  tertinggi  terjadi pada bulan Juni mencapai 394 mm, Sedangkan curah hujan terendah pada umumnya terjadi pada bulan juli mencapai 170 mm, rata – rata Lamanya penyinaran matahari minimum terjadi pada bulan Agustus dan Nopember, yaitu 37 jam, dan penyinaran maksimum 71 jam  pada bulan April.
Keadaan Iklim sebagaimana diuraikan di atas, menurut Smith dan Ferguson termasuk Daerah yang beriklim Tipe A. (Iklim Tropik Basah)  Maka hal ini sangat sesuai dan cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan Pertanian terutama tanaman semusim dan tahunan.

2.      Potensi Lahan

Berdasarkan potensi lahan dapat diuraikan menurut keadaan drainase dan jenis tanah sebagai berikut :
 Menurut keadaan drainase, maka wilayah yang tidak pernah tergenang meliputi lahan seluas 896.199 ha; tergenang periodik, meliputi lahan seluas 94.025 ha; dan tergenang terus menerus, seluas 20.242 ha.
Sedangkan potensi lahan yang terluas di Aceh Barat adalah lahan tidak tergenang. Potensi tersebut sangat menunjang pengembangan pertanian dan Industri dalam arti luas.
Dilihat dari jenis tanah, maka di Kabupaten Aceh Barat secara umum terdapat   6 jenis tanah, yaitu regosol, terdapat disepanjang pantai yang mempunyai luas 74.757 ha. Jenis tanah organosol seluas 189.840 ha yang terdapat disepanjang pantai bagian selatan. Jenis tanah Alluvial seluas 346.622 ha, jenis tanah podsolik merah kuning (PMK 1) latosol 51.579 ha, serta jenis tanah  renzina seluas 157.248 ha. (Data Pokok 2000).
Berdasarkan dari jenis-jenis tanah di atas, maka sangat memungkinkan untuk pengembangan perkebunan, pertanian tanaman pangan, hortikultura dan budidaya perikanan sebagai aset untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.
Potensi lahan sesuai dengan yang telah diuraikan di atas akan berpengaruh terhadap jenis tanaman yang mungkin dikembangkan untuk dibudidayakan, serta dapat digunakan sebagai data untuk kepentingan perencanaan pembangunan secara makro.
            3.     Tata Guna Lahan
Jenis penggunaan tanah di Kabupaten Aceh Barat masih didominasi oleh hutan lebat seluas 562.958 ha atau sekitar 55,7%,  dari luas keseluruhan (dengan perincian 16,40 % hutan lindung, 27,20 % hutan produksi terbatas dan 12,10 % hutan produksi tetap), sedangkan penggunaan tanah untuk kebun seluas 188.105 ha atau 18,6 %, sawah 73.786 ha atau 7,3%, pemukiman 19.945 ha atau 1,97%, padang alang-alang 28.886 ha atau 2,9%, semak belukar 136.786 ha atau 13,5%.
Dari uraian di atas terlihat bahwa Kabupaten Aceh Barat masih didominasi hutan lebat, untuk ini m aka sangat berpeluang   dikembangkan berbagai sektor perekonomian termasuk juga Industri pengolahan hasil hutan yang berwawasan lingkungan.

C.   Potensi Kependudukan

Perkembangan jumlah Penduduk kondisi tahun 1999 berjumlah 377.008 jiwa terdiri dari laki-laki 160.039 jiwa, perempuan 186.969 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,29%, dan kepadatan penduduk 37 jiwa/Km2, dengan jumlah rumah tangga 85.308 buah dan rasio jenis kelamin 101,6. Jika dilihat jumlah penduduk menurut kelompok umur  0-6 tahun berjumlah 65.437 jiwa, 7-12 tahun berjumlah 59.740 jiwa, 13-15 tahun berjumlah 26.023 jiwa, lebih dari 16 tahun berjumlah 225.808 jiwa.
Fakta di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia produktif relatif lebih besar dari jumlah keseluruhan penduduk, sehingga merupakan faktor pendukung pengembangan investasi untuk penanaman modal.
Jika dilihat jumlah keluarga miskin menurut katagori adalah   23.364 KK dengan perincian; Keluarga Prasejahtera berjumlah 7.186 KK atau 30,76 % dan Keluarga Sejahtera I berjumlah 16.178 KK atau 69,24%.

.D. Potensi Ekonomi

1.     Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan
            Perkembangan produksi tanaman pangan pada tahun 2000 untuk padi luas tanam 41.357 ha, dengan produksi 175.218 ton dan produktivitasnya 4,2 ton/ha, jagung dengan luas tanam 877 ha dengan produksi  2.393 ton/ha dan produktifitas 2,7 ton/ha, kedele dengen luas tanam 1.902 ha produksinya 2.276 ton dan produktivitas 1,2 ton/ha. Sedangkan kacang tanah dengan luas  tanam 1.019 ha produksi 2.176 ton dan prmoduktivitasnya 2,1 ton/ha.
Dari kenyataan di atas menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas pertanian yang sudah memadai. Hal ini perlu dipertahankan dan dikembangkan lagi pada masa mendatang serta berpeluang dikembangkan industri pengolahan hasil yang modern   

2.      Sektor Perkebunan Rakyat

            Dilihat dari perkembangan luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Kabupaten Aceh Barat kondisi tahun 2000 bahwa tanaman karet menduduki urutan teratas dalam hal luas areal tanaman sebesar 34.728 Ha. Sedangkan bila dilihat dari segi produksi perkebunan rakyat maka tanaman kelapa sawit menduduki urutan ter atas yaitu 63.657 (ton/tahun). Mengenai luas Hak Guna Usaha (HGU) dan izin prinsip perkebunan besar di Aceh Barat dengan luas areal untuk HGU yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat untuk 28 Perusahan besar seluas 72.001,07 Ha. Sedangkan izin prinsip yang telah dikeluarkan seluas 64.856 Ha, jenis tanamannya karet, kakao dan kelapa sawit.
            Dari uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa produksi perkebunan karet dan kelapa sawit merupakan primadona perkebunan bagi masyarakat Aceh Barat, untuk itu perlu kita pertahankan dan ditingkatkan lagi serta berpeluang untuk dikembangkan industri pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi.

3.      Sektor Perikanan
            Jika dilihat dari luas areal dan produksi budidaya tambak dan kolam bahwa luas areal tambak pada tahun 1999 berjumlah 248,8 Ha dengan produksi 70,6 ton/tahun. Sedangkan luas areal kolam berjumlah 221,4 Ha dan produksi 47,7 ton/tahun, mengenai produksi perikanan laut dalam tahun 1999     adalah 11.202.3 ton/tahun dengan nilai harga Rp. 105.317.141,-.  Melihat potensi perikanan yang begitu besar tetapi belum tergali secara maksimal untuk kemakmuran masyarakat, maka sangat berpeluang untuk kita kembangkan usaha budidaya perikanan darat dan laut dengan cara modern. 

4.      Sektor Peternakan

            Jika dilihat dari banyaknya populasi ternak besar, menurut jenis ternak jumlah sapi pada tahun 1999, 34.083 ekor dan jumlah kerbau 63.202  ekor, dan jika dilihat dari populasi ternak kecil jumlah kambing 97.476 ekor, ayam buras 1.661.288  ekor, ayam ras 2.312  ekor sedangkan itik 207.000  ekor. Dari uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa pengembangan usaha dibidang peternakan secara agribisnis dapat dikembangkan secara lebih profesional, dan berpeluang dalam usaha peningkatan produksi dan produktivitasnya.

5.       Sektor Kehutanan

            Perkembangan luas hutan konversi pada tahun 2000  berjumlah 755.973 Ha. Sedangkan kondisi luas konsesi HPH pada tahun 2000 seluas 300.192 Ha
            Banyaknya produksi kayu bulat pada tahun 1999 sebesar  170.370,85 m3, sedangkan sawtimber berjumlah 30.495,8 m3. Sedangkan bila dilihat dari luas menurut jenis dan fungsinya hutan lindung  166.501 Ha, hutan produksi terbatas  281.887 Ha, hutan produksi tetap  122.269 Ha. Potensi Sektor Kehutanan yang demikian merupakan peluang untuk pengembangan Industri Hulu dan Hilir Kehutanan.

6. Sektor Industri

            Jumlah industri kecil tradisional menurut jenis industri sebagai berikut : pandai besi berjumlah  94 unit, penggaraman  16 unit, anyaman tikar pandan 64 unit, keramik 8 unit, sapu ijuk 18 unit, pembuatan kopiah tudung layah 51 unit, tukang jahit/bordir 73 unit, anyaman rotan 40 unit, dan tukang kaleng 21 unit.
            Sedangkan jumlah industri makanan/minuman menurut jenisnya sebagai berikut : pabrik limun 5 unit, pabrik sirup 5 unit, tempat pengolahan tebu 6 unit, tempat pengolahan bubuk Kopi 10 unit, tempat pengolahan tempe 30 unit, pabrik roti/mie 7 unit.
            Dibidang industri jasa menurut jenis industri sebagai berikut : reperasi sepeda 65 unit, reperasi mobil 36 unit, reperasi sepeda motor 72 unit, tukang las 30 unit, tukang emas 45 unit, tukang gigi 2 unit, reperasi radio 20 unit, reperasi jam 4 unit. Jumlah industri bangunan menurut jenis : Industri batu bata 71 unit, ubin/ tegel  6 unit.
            Dari gambaran di atas  menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap usaha industri sangat tinggi, baik industri pengolahan pertanian maupun industri kecil dan kerajinan rakyat, kenyataan ini memberikan gambaran bahwa bidang industri berpeluang untuk dikembangkan sehingga menunjang ekspor non migas dan dapat menyerap tenaga kerja dalam rangka meningkatkan struktur ekonomi daerah yang seimbang antara sektor industri dan sektor pertanian.
*      Perekonomian Kabupaten Aceh Barat
            Kabupaten Aceh Barat memiliki kawasan pantai yang paling indah di seluruhNanggroe Aceh Darussalam, karena berhadapan dengan laut lepas Samudera Indonesia. Di beberapa tempat, pantainya berdinding tegak dipagari oleh bukit-bukit berhutan lebat. Keindahan senja di sepanjang Aceh Barat sangat indah karena merupakan daerah tempat tenggelamnya matahari.
            Iklim tropis dan curah hujan yang tinggi dengan kawasan yang memiliki tingkat kemiringan datar yang relatif luas membuat daerah ini punya potensi dalam pertanian, terutama tanaman pangan, tanahnya juga dikenal bagus untuk tanaman           perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan kelapa. Aceh Barat juga memiliki Perkebunan Rakyat yang terluas di seluruh Nangggroe Aceh Darussalam. Di samping berbagai komoditas tersebut, rabutan, durian, kelapa hibrida, kelapa dalam, lada, nilam, cokelat. Disisi lain walupun belum menunjukkan hasil nyata, bahan tambang atau galian golongan A, B, dan C juga dianggap potensial. Batu bara, emas, tembaga, perak, timah hitam, dan andesit banyak tersebar di sembilan kecamatan.
            Dalam hal produksi daging unggas dan telur, kabupaten ini tercatat sebagai penghasil terbesar kedua setelah Pidie. Di Aceh Barat ditemukan cebakan batu bara yang sangat besar, yang oleh para ahli pertambangan daerah cebakan tersebut disebut Cekungan Meulaboh.
            Pekembangan komoditi karet yang mempunyai peranan sangat strategis sebagai sumber pendapatan masyarakat, mempunyai prospek pasar dalam maupun ekspor serta menyerap tenaga kerja baru maupun mempunyai peran pelestarian lingkungan hidup. Melalui program Revetalisasi Perkebunan yang melibatkan pihak- pihak terkait maupun Stakehoder. Tiga jenis komoditi yang dipilih yakni Karet, Kakao dan Sawit. Pedoman tersebut untuk pengembangan kebun rakyat yang didukung dengan dana pebankan dan subsidi bunga dari pemerintah pusat yang disalurkan kepemerintah daerah.
Kabupaten Aceh Barat memiliki luas areal perkebunan komoditi karet seluas yakni : 16.344,61 ha dengan hasil produsi 12.764,89 serta produktifitas 1.004,30 kg/ha dengan Jumlah KK Petani Karet 10.433 jiwa. Pekembangan komodit karet rakyat dikecamatan Woyla Barat melalui progarm revitalisasi perkebun untuk upanya percepatan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah atau melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan kebun dan pengolahan dan pemasaran hasil. Pola pengembangan karet dengan menggunakan swadaya murni dengan luas areal 1.688,00 ha, produksi 9.95,42 ton, produktifitas 7.10 kg/ha dengan jumlah KK petani 9.55 jiwa. ( Statistik Perkebunan Kabupaten Aceh Barat, 2006).


E. Program Strategis Pembangunan Daerah.

            Pembangunan Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat.Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut :
1.                    Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat.
2.                    Peningkatan Sumber Daya Manusia.
3.                    Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4.                    Meningkatakan aksesibilitas daerah.
5.                    Meningkatkan pendapatan daerah.


F. Peta Agrobisnis

Peta Sebaran Lokasi Komoditi Unggulan Perkebunan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kawasan yang memiliki potensi di Bidang Perkebunan berdasarkan peta potensi yang dimiliki Dinas Perkebunan 2006 :
·                     Perkebunan Kelapa, Kakao di Sabang : 4.746 Ha
·                     Perkebunan Kelapa, Kemiri di Aceh Besar : 16.681 Ha
·                     Perkebunan Kakao, dan kopi di Pidie : 18.242 Ha
·                     Perkebunan Kopi, dan Tebu di Aceh Tengah : 47.809 Ha
·                     Perkebunan Kopi, dan Tebu di Bener Meriah : 33.781 Ha
·                     Perkebunan Kelapa Sawit, dan Pinang di Aceh UTara : 47.809 Ha
·                     Perkebunan Pinang, Kelapa Dalam, Kakao di Bireuen : 28.225 Ha
·                     Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di Aceh Timur : 78.738 Ha
·                     Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di Aceh Tamiang : 61.790 Ha
·                     Perkebunan Kakao, Kemiri di Aceh Tenggara : 15.091 Ha
·                     Perkebunan Pala, Kelapa Dalam di Aceh Selatan : 18.029 Ha
·                     Perkebunan Kemiri, Serewangi di Gayo Lues : 27.222 Ha
·                     Perkebunan Kelapa Sawit, Karet di Singkil : 52.139 Ha
·                     Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di Nagan Raya : 58.592 Ha
·                     Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di Aceh Barat : 36.359 Ha
·                     Perkebunan Kelapa Sawit dan Pala di Abdya : 8.802 Ha
·                     Perkebunan K. Dalam dan Cengkeh di Simeulue : 21.334 Ha
·                     Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di A. Jaya : 14.803 Ha







PENUTUP


Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km² yang disebelah utara berbatasan dengan Aceh Jaya dan Kabupaten Pisie,di selatanSamudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya,di barat  Samudera Indonesia,dan di timur Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya.Daerah yang beriklim Tipe A. (Iklim Tropik Basah)  ini sangat sesuai dan cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan Pertanian terutama tanaman semusim dan tahunan.
Potensi lahan yang terluas di Aceh Barat adalah lahan tidak tergenang. Potensi tersebut sangat menunjang pengembangan pertanian dan Industri dalam arti luas.
Kabupaten Aceh Barat secara umum terdapat   6 jenis tanah, yaitu regosol, terdapat disepanjang pantai yang mempunyai luas 74.757 ha. Jenis tanah organosol seluas 189.840 ha yang terdapat disepanjang pantai bagian selatan. Jenis tanah Alluvial seluas 346.622 ha, jenis tanah podsolik merah kuning (PMK 1) latosol 51.579 ha, serta jenis tanah  renzina seluas 157.248 ha. (Data Pokok 2000). maka sangat memungkinkan untuk pengembangan perkebunan, pertanian tanaman pangan, hortikultura dan budidaya perikanan sebagai aset untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.
 Kabupaten Aceh Barat masih didominasi hutan lebat, untuk ini m aka sangat berpeluang   dikembangkan berbagai sektor perekonomian termasuk juga Industri pengolahan hasil hutan yang berwawasan lingkungan. animo masyarakat terhadap usaha industri sangat tinggi, baik industri pengolahan pertanian maupun industri kecil dan kerajinan rakyat, kenyataan ini memberikan gambaran bahwa bidang industri berpeluang untuk dikembangkan sehingga menunjang ekspor non migas dan dapat menyerap tenaga kerja dalam rangka meningkatkan struktur ekonomi daerah yang seimbang antara sektor industri dan sektor

            Lokasi Komoditi Unggulan Perkebunan Perkebunan Karet, Kelapa Sawit di Aceh Barat : 36.359 Ha. Produksi perkebunan karet dan kelapa sawit merupakan primadona perkebunan bagi masyarakat Aceh Barat.
Luas wilayah kabupaten ini adalah 2.929,95 Km 2, Kabupaten ini terdiri dari: - 11 kecamatan, - 33 mukim dan - 314 desa.
Topografi kabupaten ini terdiri dari: - daerah pantai 25 desa, - daerah lembah 39 desa, - lereng 44 desa, dan - dataran 213 desa.
Potensi sumberdaya alam Kabupaten Aceh Barat relatif memadai karena posisi geografis kabupaten ini yang mempunyai luas areal lautan dan lahan yang cukup baik karena mempunyai potensi sumberdaya alam.
Kehutanan : Kayu dan rotan (manau dan semambu).
Pertambangan Aceh Barat merupakan salah satu daerah penghasil barang tambang terkemuka diAceh. Batubara banyak dijumpai di cekungan Meulaboh dan kecamatan Kaway XI. Emas terdapat di Tutut/ Kecamatan Sungai Mas. Di sekitar Krueng Woyla dan Tutut juga bisa dijumpai Perak dan Platinum.
Perkebunan Di Aceh Barat terdapat beberapa perkebunan swasta nasio- nal yang bergerak dibidang kelapa sawit dan karet. Selain memiliki kebun sawit, perusahaan perkebunan swasta ini juga memiliki pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam. Perkebunan rakyat juga banyak dijumpai di Aceh Barat seperti : Kelapa Hybrida, Kelapa, Karet, Kopi, Kelapa Sawit, Tebu, Kemiri, Kakao, Lada, Nilam, Sagu, Aren, Kapuk/Randu, Kunyit, dan Jahe.
Pertanian & Holtikultura Padi, Jagung, Kacang Tanah, Kacang Panjang, Kacang Hijau, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Cabai, Tomat, Terong, Timun, dan Semangka.
Perikanan ProduksiperikananlautdiAcehBaratmencapai16.863,03ton pertahun nya. Tingkat kehidupan populasi ikan lestari mulai garis pantai sampai 12 mil dikawasan ini setiap tahunnya diperkirakan mencapai 68.810,6 ton sementara kawasan samudera 12 mil sampai ZEE 200 mil tingkat populasi ikan pelagis diperkirakan 19.907,3 ton dan ikan domensial diperkirakan 14.598 ton. Aceh Barat juga penghasil ikan budidaya, termasuk udang dan kepiting. Ikan Nila merupakan jenis ikan yang mulai diminati petani ikan di Aceh Barat, karena sudah mulai dikenal sebagai salah satu jenis ikan yang lezat untuk dikonsumsi. Produksi Ikan Tambak adalah 8,80 ton dengan luas lahan 114,30 Ha dan Ikan Kolam 27,70 ton dengan luas lahan 36,55 Ha
Kawasan Wisata Aceh Barat memiliki pantai yang sangat indah. Kawasan wisata pantai ini dapat dijumpai di: - Pantai Suak Ribee - Pantai Lanaga - Pantai Lhok Bubon - Pantai Batee Puteh - Genang-Gedong

Petani Kreatif